Menjadi Pejalan Kaki di Tokyo

Ditengah kesibukan saya menganalisis data-data hasil praktikum untuk diserahkan kepada asisten profesor  besok, saya tergoda untuk membuka situs blog sahabat saya di ITB yang bercerita mengenai kondisi sarana pejalan kaki di Bandung. Dia bercerita bahwa sesungguhnya banyak kenikmatan dan keuntungan yang kita dapat dari berjalan kaki. Baik itu berjalan kaki menuju tempat aktivitas kerja atau kuliah, ataupun berjalan kaki sekedar menyegarkan pikiran dan pandangan dari keterbatasan jarak pandang kita yang terkurung dalam ruangan dengan luas beberapa meter saja.

Hal yang dia tekankan dalam ‘berjalan kaki di Bandung’ adalah betapa kita tidak bisa menikmati indahnya berjalan kaki di Kota Bandung. Ia mengungkapkan betapa minimnya ‘pedestrian area’, ataupun sarana-sarana lainnya yang menunjang seorang pejalan kaki di Bandung.

Lima ribu kilometer lebih dari Bandung, saya terdampar di sebuah kota bernama Tokyo. Kota yang memiliki peringkat tinggi dalam keteraturan dan kenyamanan transportasi penduduknya. Satu hal besar yang saya amati adalah pemerintah Tokyo telah berhasil mengintegrasikan sistem transportasi masal dengan sistem transportasi berjalan kaki (di dalamnya termasuk penggunaan sepeda).

Di Tokyo, kereta bisa dibilang sebagai sebuah moda transportasi masal utama. Sistem kereta di tokyo merupakan salah satu sistem kereta kota terumit di Dunia. Hebatnya, didalam kerumitan ini terdapat kenyamanan dalam mengakses pusat-pusat aktivitas yang kita tuju. Sistem penjadwalan di Tokyo sangat tepat waktu dan sesuai dengan peak hour condition dimana jadwal kereta akan lebih pada pada jam-jam sibuk. Waktu perjalanan bisa dengan mudah didapat dari situs-situs yang menyediakan informasi jadwal, rute, waktu tempuh, dan tarif.

Namun, sangatlah tidak mungkin jika stasiun-stasiun kereta harus tersedia tiap 100 meter sebagaimana lazimnya angkot atau bus kota di Bandung yang bisa berhenti dimanapun pelanggan meminta. Sistem berhenti sebuah kereta sangat bergantung oleh stasiun-stasiun yang tersedia. Tanpa stasiun tersedia, Kereta tidak diperbolehkan berhenti kecuali dalam kondisi darurat.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan sistem ‘pengumpulan’ pelanggan yang menuju ke stasiun kereta. Di Tokyo, sistem itu dilakukan dengan moda transportasi bis, taksi, sepeda, dan berjalan kaki. Salah satu moda yang paling banyak digunakan adalah moda ‘berjalan kaki’.

Kenyamanan berjalan kaki di Tokyo bisa dilihat dari selalu tersedianya jalur khusus pejalan kaki di jalan-jalan yang dengan volume kendaraan dan pejalan kaki yang besar. Di jalur ini, pejalan kaki merupakan prioritas utama pengguna jalur. Pada perlitasan antara jalur pejalan kaki dan jalur jalan kendaraan, jika ada mobil yang hendak melintas, mobil tersebut harus menunggu hingga tidak ada lagi pejalan kaki yang melintas di jalur perlintasan tersebut. Selama menunggu, mobil itu tidak membunyikan klakson, memelototi pejalan kaki dalam melintas, atau meng’gerung-gerung’kan mesin tanda tak sabar menunggu seperti yang lazim diperlihatkan pengguna kendaraan di Bandung. Bahkan, pada malam hari, penendara mobil akan mematikan lampu depannya saat ada pejalan kaki yang melintas jalur perlintasan.

Di Tokyo, selama kita ada di jalur pejalan kaki, kita tidak perlu terlalu memperhatikan kondisi sekeliling kita selama berjalan. Tidak perlu terlalu khawatir ada mobil yang melintas secara tiba-tiba, juga tidak perlu menggunakan jalan utama karena ada kendaraan yang parkir di jalur pejalan kaki. Kita bisa dengan santai mendengarkan musik tanpa mendengar suara lingkungan sekitar. Yang kita butuhkan adalah melihat simbol lampu hijau bagi pejalan kaki dalam menyebrang dan rambu-rambu batas jalur pejalan kaki.

Selain hal diatas, kenyamanan pun didapat pada saat hujan. Sistem drainase jalan bekerja dengan sangat memuaskan. Jalur pejalan kaki, sebagaimana jalur kendaraan, didesain untuk terbebas dari genangan air. Tidak perlu khawatir sepatu kita terendam genangan air di jalan, tidak perlu khawatir tersemprot air dari genangan air yang tergilas ban kendaraan. Tidak perlu terlalu khawatir akan licinya jalan akibat genangan air dalam seperti yang banyak terlihat di Bandung.

Beberapa contoh diatas cukup menggambarkan betapa nyamannya menjadi pejalan kaki di Tokyo. Hal diatas tentu terlepas dari dinginnya berjalan kaki saat musim dingin atau berkeringatnya pejalan kaki saat musim panas. Hal tersebut adalah faktor alam yang sistem rekayasanya belum dapat diaplikasikan di wilayah luas terbuka seperti jalan.

Yang perlu kita pelajari adalah bagaimana pemerintah Tokyo (dan mungkin Jepang) begitu memperhatikan kenyamanan pejalan kaki dengan menciptakan kondisi yang aman dan nyaman dalam berjalan kaki. Dampak langsungnya bisa terlihat dari berkurangnya pengguna kendaraan pribadi yang ada di jalan dan lebih efisiennya penggunan transportasi masal kota.

“Arrrggkkhh..!! kapan Bandung bisa kek begini..?? yang ada makin panas dan makin penuh dengan polusi sekarang ini..” (dikutip dari blog Aryansyah : http://aryansah.wordpress.com/)

10 thoughts on “Menjadi Pejalan Kaki di Tokyo”

  1. mungkin karena itu juga kali yah penduduk jepang bisa berumur panjang? Olahraga terus tiap hari… memangnya jarak stasiun satu dengan lainnya, kira2 berapa jauh?

    1. Mungkin juga ya ^^ ditambah pola makan yang sehat juga sih..

      soal jarak, tergantung juga, di Daerah padat kayak tokyo bisa tiap 0.5-1km, tergantung juga sih.. daerah pinggiran bisa puluhan Km per stasiun.

  2. HHmm…Bandung Ya Mas, kota dimana saya tinggali sekarang… 🙂
    Jalan kaki sudah menjadi kerjaan saya, dari kost ke kampus, ke kost temen, ke warnet, semua saya lakukan dengan jalan kaki….

    Tapi…kalau jalan kaki lewat jalan2 besarnya Bandung mah..huffffff…panas….banyak trotoar yang digunain untuk jualan, ga aman, dll….

    Kapan Ya mas..Yuukkk…sebagai generasi muda, berusaha menciptakannya….
    Kan banyak tuwh para cendikiawan di ITB 🙂

    Salam semangat Bocahbancar

  3. aaa mad, baru datang gw.
    pemandangan sehari2 lo indah banget yak. bersih gitu..
    jalan kaki enak lah kalo gitu mah..

    btw, kalo bandung panas. Makassar apaan?

    1. hehe.. iya dun.. bersih. emang, kecuali klo musim panas kek skrg .. gerah…

      hehe.. makasar bergejolak dun :p

Leave a reply to Aryansah Pradanaputra Cancel reply